Astronomi modern telah mengungkap bahwa logam besi yang ditemukan di bumi kita berasal dari bintang-bintang raksasa di angkasa luar. Menurut Harun Yahya, logam berat di alam semesta dibuat dan dihasilkan dalam inti bintang-bintang raksasa.
Akan tetapi sistem tata surya kita tidak memiliki struktur yang cocok untuk menghasilkan besi secara mandiri. Besi hanya dapat dibuat dan dihasilkan dalam bintang-bintang yang jauh lebih besar dari matahari, yang suhunya mencapai beberapa ratus juta derajat.
Ketika jumlah besi telah melampaui batas tertentu dalam sebuah bintang, bintang tersebut tidak mampu lagi menanggungnya, dan akhirnya meledak melalui peristiwa yang disebut "nova" atau "supernova".
Akibat dari ledakan ini, meteor-meteor yang mengandung besi bertaburan di seluruh penjuru alam semesta dan mereka bergerak melalui ruang hampa hingga mengalami tarikan oleh gaya gravitasi benda angkasa.
Semua ini menunjukkan bahwa logam besi tidak terbentuk di bumi melainkan kiriman dari bintang-bintang yang meledak di ruang angkasa melalui meteor-meteor dan "diturunkan ke bumi".
Subhanallah, penemuan itu ternyata telah diungkapkan pada abad ke-7 dalam kitab suci Alquran. Bahkan, besi menjadi nama salah satu surah Alquran, yakni Al-Hadiid.
Penemuan dunia astronomi tentang rahasia besi itu diungkapkan dalam surah Al-Hadiid [57] ayat 25, ''... Dan Kami turunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia ..." (Alquran, 57:25)
Kata "anzalnaa" yang berarti "kami turunkan" khusus digunakan untuk besi dalam ayat ini, dapat diartikan secara kiasan untuk menjelaskan bahwa besi diciptakan untuk memberi manfaat bagi manusia.
Tapi ketika kita mempertimbangkan makna harfiah kata ini, yakni "secara bendawi diturunkan dari langit", kita akan menyadari bahwa ayat ini memiliki keajaiban ilmiah yang sangat penting.
Menurut Ilmu Astronomi, matahari bergerak dengan kecepatan luar biasa yang mencapai 720 ribu km per jam ke arah bintang Vega dalam sebuah garis edar yang disebut Solar Apex.
Ini berarti bahwa matahari bergerak sejauh kurang lebih 17.280.000 kilometer dalam sehari. Bersama matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan menempuh jarak ini. Selanjutnya, semua bintang di alam semesta berada dalam suatu gerakan serupa yang terencana.
Sebagaimana komet-komet lain di alam raya, komet Halley, sebagaimana terlihat di atas, juga bergerak mengikuti orbit atau garis edarnya yang telah ditetapkan. Komet ini memiliki garis edar khusus dan bergerak mengikuti garis edar ini secara harmonis bersama-sama dengan benda-benda langit lainnya.
Menurut Harun Yahya, terdapat sekitar 200 miliar galaksi di alam semesta yang masing-masing terdiri dari hampir 200 bintang. Sebagian besar bintang-bintang ini mempunyai planet, dan sebagian besar planet-planet ini mempunyai bulan.
Semua benda langit tersebut bergerak dalam garis peredaran yang diperhitungkan dengan sangat teliti. Selama jutaan tahun, masing-masing seolah "berenang" sepanjang garis edarnya dalam keserasian dan keteraturan yang sempurna bersama dengan yang lain. Selain itu, sejumlah komet juga bergerak bersama sepanjang garis edar yang ditetapkan baginya.
Semua benda langit termasuk planet, satelit yang mengiringi planet, bintang, dan bahkan galaksi, memiliki orbit atau garis edar mereka masing-masing. Semua orbit ini telah ditetapkan berdasarkan perhitungan yang sangat teliti dengan cermat. Yang membangun dan memelihara tatanan sempurna ini adalah Allah, Pencipta seluruh sekalian alam.
Garis edar di alam semesta tidak hanya dimiliki oleh benda-benda angkasa. Galaksi-galaksi pun berjalan pada kecepatan luar biasa dalam suatu garis peredaran yang terhitung dan terencana. Selama pergerakan ini, tak satupun dari benda-benda angkasa ini memotong lintasan yang lain, atau bertabrakan dengan lainnya. Bahkan, telah teramati bahwa sejumlah galaksi berpapasan satu sama lain tanpa satu pun dari bagian-bagiannya saling bersentuhan.
Fenomena itu telah disebutkan dalam Alquran sejak abad ke-7 M. Padahal, pada zaman itu manusia tidak memiliki teleskop ataupun teknologi canggih untuk mengamati ruang angkasa berjarak jutaan kilometer, tidak pula pengetahuan fisika ataupun astronomi modern. Dalam Alquran disebutkan matahari dan bulan masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu.
Simak firman Allah SWT dalam surah Al-Anbiya [21] ayat 33: ''Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya."
Disebutkan pula dalam surah Ya Sin [36] ayat 38: ''Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.''
Menurut Alquran, keseluruhan alam semesta yang dipenuhi oleh lintasan dan garis edar: "Demi langit yang mempunyai jalan-jalan." (QS Az-Zariyat [51]:7)
Menjadi pejuang Islam? Hiii takuuut! Lho, kenapa
musti takut? Hmm.. rupanya ada bisik-bisik tetangga nih. Maklum, di jaman
sekarang ini, jadi aktivis itu katanya bikin hidup kagak lebih hidup. Abisnya,
masyarakat suka mencontohkan hal-hal serem berkaitan dengan hal itu. Celakanya,
itu menurut penilaiannya yang emang nggak objektif. Misalnya, ada yang bilang
kalo jadi aktivis itu risikonya berat. Lihat aja orang-orang yang melakukan demonstrasi,
mereka dikejar, ditangkapi, dijebloskan ke bui, bahkan nggak sedikit yang
kemudian dikasih "kopi pahit", alias dipateni. Wah syerem juga ya?
Tapi anehnya meskipun udah tahu risikonya, kok masih banyak yang mau
melakukannya?
Sobat muda muslim, hidup ini adalah perjuangan.
Dan yang namanya perjuangan, selalu punya risiko. Itu sudah pasti. Uniknya,
rata-rata risikonya udah ketahuan, alias bisa kita perhitungkan. Ya, ibarat
tukang dagang, sebetulnya doi udah tahu ada risikonya, yakni rugi. Kerugian tersebut
bisa aja berasal dari barang dagangannya yang emang nggak laku dijual, alias
masyarakat nggak minat beli barang dagangannya. Bisa juga faktor lain,
misalnya, ada penertiban dari aparat tibum. Baru aja nongkrong, eh barangnya
udah diangkut truk aparat tibum karena berjualan di jalur terlarang. Itu
risiko. Tapi apakah itu kemudian membuat mereka males jualan? Rasanya, kalo
kamu lihat dengan bijak, mereka tetap punya semangat untuk berdagang. Alasan
mereka, inilah perjuangan hidup.
Setiap orang, siapapun ia dan apapun jenis
pekerjaannya selalu punya risiko. Pak sopir yang sehari-hari hidup di jalanan,
risikonya udah ketahuan kan? Bisa aja terjadi kecelakaan atau sebangsanya. Jadi
tentara? Juga udah jelas risikonya. Dikirim ke daerah konflik seperti di Ambon
atau NAD (Nangroe Aceh Darussalam), pilihannya cuma dua, selamat atau mati di
medan tempur. Termasuk mereka yang bekerja di belakang meja sekalipun, ada
risikonya. Hidup memang penuh risiko. Jadi kenapa musti takut?
Sobat muda muslim, kita memaparkan contoh-contoh
tadi dengan harapan kamu juga bisa bersikap lebih dewasa dan bijak. Sekali
lagi, hidup ini penuh risiko. Tinggal bagaimana kita bisa menjadikan hidup ini
enjoy untuk dinikmati. Sobat, yang terpenting dari semua itu, kita kudu punya
tujuan dalam hidup ini. Tanpa tujuan, rasanya hidup ini garing bin bete banget.
Tom Bodett punya pepatah begini: "Mereka berkata bahwa setiap orang
membutuhkan tiga hal yang akan membuat mereka berbahagia di dunia ini, yaitu;
seseorang untuk dicintai, sesuatu untuk dilakukan, dan sesuatu untuk
diharapkan."
Rasanya nggak salah-salah amat Tom Bodett
menuliskan kata-kata mutiaranya begitu. Sebab, kita di dunia membutuhkan
kejelasan arah. Apalagi kita sebagai seorang muslim, harus sudah tahu apa yang
kudu dilakukan, yakni berjuang untuk Islam, dan sudah ngeh dengan apa yang
diharapkan, yakni terwujudnya kembali kehidupan Islam di dunia ini.
Sobat pembaca, inilah cita-cita tertinggi kita
sebagai pemuda pejuang Islam. Berjuang, berjuang, dan berjuang untuk Islam.
Bukan untuk yang lain. Kita harusnya malu dengan saudara kita di Palestina,
mereka punya semangat yang pantang menyerah dan tahu betul makna hidup. Mereka
bilang, berperang melawan tentara Yahudi, atau diam di rumah, kematian pasti
akan datang menjemput. Yup, persoalan yang terpenting adalah bagaimana cara
mati kita? Apakah sedang dalam berjuang untuk Islam, atau malah sedang maksiat?
Itu yang kudu jadi perhatian kita..
Menanamkan keberanian
Setelah punya tujuan dan cita-cita dalam hidup
ini, satu hal yang wajib dimiliki oleh kaum muslimin, khususnya pemuda, adalah
keberanian untuk menjadi pejuang dan pembela Islam. Tanpa keberanian, rasanya
semangat itu hanya berkecamuk saja dalam dada. Nggak terwujud dalam perilaku
keseharian.
Kamu pernah menyaksikan aksi heroik Letnan Chris
Burnett yang diperankan Owen Wilson dalam film perang berjudul Behind Enemy
Lines? Di situ, kita bisa ambil semacam hikmah. Bahwa keberanian dan kecerdasan
sangat diperlukan dalam kondisi kritis seperti itu. Chris Burnett, sebagai
pilot jempolan yang lihai menerbangkan jet tempur F/A-18 Superhornet harus
menerima kenyataan pahit ketika pesawatnya dihantam rudal musuh saat akan
melakukan investigasi tentang kekejaman Serbia di Bosnia. Beruntung Owen
Wilson, eh, Chris Burnett bisa menyelamatkan diri dengan kursi pelontar. Tapi
celakanya, doi terperangkap di belakang garis musuh. Inilah cerita yang amat
mendebarkan tentang sisi lain dari perang Bosnia. Apa yang dilakukan Burnett?
Sembari menunggu datang pertolongan, ia berusaha untuk melepaskan diri dari
kejaran tentara Serbia yang kejam. Rasanya, tanpa keberanian, meskipun ini
hanya sekadar dalam film, Burnett sudah nyerah duluan, apalagi temannya
ditembak mati di depan mata kepalanya sendiri. Tapi keberanian ternyata tetap
bersemayam dalam dadanya.
Nah, kita, sebagai seorang muslim jangan pernah
merasa takut, kecuali hanya kepada Allah. Kita jangan kalah semangat dengan
salah seorang prajurit perang salib yang berkata lantang kepada ibunya ketika
ia hendak menghancurkan Islam. "Ibu…tenangkan hatimu, berbahagialah,
anakmu pergi ke Tripoli siap mengalirkan darah demi melumatkan bangsa yang
terkutuk. Dengan segala kekuatan yang aku miliki akan aku lenyapkan Islam. Akan
aku bakar al-Quran" (al-Qoumiyyah wal Ghozwul Fikriy, hlm. 208)
Bayangkan, prajurit Perang Salib saja yang
jelas-jelas di jalur yang salah punya keberanian seperti itu. Kita, pemuda
Islam harus bisa lebih dari keberanian orang-orang kafir. Sebab kita di jalur
yang benar dalam pandangan Allah Swt.
Sobat muda muslim, para sahabat yang mulia adalah
sosok yang layak untuk dijadikan teladan bagi kita dalam mencontoh
keberaniannya.
Ada satu peristiwa yang sangat menarik untuk
direnungkan para pemuda jaman kiwari. Peristiwa ini selengkapnya diceritakan
oleh Abdurrahman bin 'Auf: "Selagi aku berdiri di dalam barisan pada
Perang Badar, aku melihat ke kanan dan kiriku, saat itu tampaklah olehku dua
orang Anshar yang masih muda belia. Aku berharap semoga aku lebih kuat dari
padanya. Tiba-tiba salah seorang di antara mereka menekanku seraya berkata:
'Hai Paman, apakah engkau mengenal Abu Jahal?' Aku jawab: 'Ya, apakah
keperluanmu padanya, hai anak saudaraku?' Dia menjawab: 'Ada seorang yang
memberitahuku bahwa Abu Jahal ini sering mencela Rasulullah saw. Demi (Allah)
yang jiwaku ada di tangan-Nya, jika aku menjumpainya tentulah tak akan
kulepaskan dia sampai siapa yang terlebih dulu mati, antara aku atau dia!'
Berkata Abdurrahman bin 'Auf: 'Aku merasa heran ketika mendengar ucapan anak
muda itu'. Kemudian anak yang satunya pun menekanku dan berkata seperti
temannya tadi. Tidak lama berselang, aku pun melihat Abu Jahal sedang
mondar-mandir di dalam barisannya, segera aku katakan (kepada kedua anak muda
itu): 'Itulah orang yang sedang kalian cari!' Keduanya langsung menyerang Abu
Jahal, menikamnya dengan pedang sampai tewas. Setelah itu mereka menghampiri
Rasulullah saw. (dengan rasa bangga) untuk melaporkan kejadian itu. Rasulullah
saw. berkata: 'Siapa di antara kalian yang menewaskannya?' Masing-masing
menjawab: 'Sayalah yang membunuhnya'. Lalu Rasulullah bertanya lagi: 'Apakah
kalian sudah membersihkan mata pedang kalian?' 'Belum' jawab mereka serentak.
Rasulullah pun kemudian melihat pedang mereka, seraya bersabda: 'Kamu berdua
telah membunuhnya. Akan tetapi segala pakaian dan senjata yang dipakai Abu
Jahal (boleh) dimiliki Muadz bin al-Jamuh." (Berkata perawi hadis ini):
Kedua pemuda itu adalah Mu'adz bin "Afra" dan Muadz bin Amru bin
al-Jamuh (Musnad Imam Ahmad I/193. Shahih Bukhari hadis nomor 3141 dan Shahih
Muslim hadis nomor 1752)
Sobat muda muslim, pemuda seperti inilah yang
bakal menjadi pembela dan pejuang Islam yang tangguh. Selain semangat, tentunya
wajib memiliki keberanian.
Rela berkorban
Yup, perjuangan, selain butuh keberanian, juga
kudu rela berkorban. Apapun jenis pengorbanan yang kudu kita berikan untuk
tegaknya Islam di muka bumi ini. Bisa berupa waktu kita, harta kita, tenaga
kita, bahkan nyawa kita. Semuanya harus rela kita korbankan. Sebab, kita yakin
hal itu bukanlah kesia-siaan. Firman Allah Swt.:"Tetapi Rasul dan
orang-orang yang beriman bersama beliau, mereka berjihad dengan harta dan diri
mereka. Dan merekalah orang-orang yang memperoleh berbagai kebaikan dan
merekalah orang-orang yang beruntung." (TQS at-Taubah [9]: 88)
Sobat muda muslim, benar bahwa kita harus menjadi
pemuda pejuang Islam. Untuk itu kita harus punya keberanian dan rela berkorban.
Supaya perjuangan ini lebih punya makna. Rasanya memang janggal ya, kalo kita
berjuang, terus pengen berhasil, tapi sedikitpun nggak berani dan nggak rela
untuk berkorban. Itu mah sama aja dengan boong, ya nggak?
Aneh banget kan, kalo ada orang yang ingin menang
dan sukses, tapi dirinya nggak berani menghadapi rintangan dan ogah berkorban.
Rasanya emang nggak ada dalam kehidupan nyata. Jadi, jangan ngimpi!
Nah, apalagi dalam urusan hidup dan mati untuk
tegaknya Islam ini, jelas diperlukan keberanian dan sikap rela berkorban yang
tinggi. Masak kita kalah sama mereka yang cuma berjuang untuk yang sebetulnya
nggak perlu bagi sebuah kemajuan bangsa. Kita, insya Allah akan menjadi pembela
dan pejuang Islam, yang akan menentukan masa depan Islam. Rasanya, pantas bila
memiliki sikap rela berkorban yang tinggi. Untuk mengalahkan segala hambatan.
Firman Allah Swt.:"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan:
"Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka,
maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah
kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu
dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu". (QS.
Fushilat [41]: 30)
Berilmu, bertakwa, dan optimis
Imam asy-Syafii mengatakan bahwa:
"Sesungguhnya kehidupan pemuda itu, demi Allah hanya dengan ilmu dan takwa
(memiliki ilmu dan bertakwa), karena apabila yang dua hal itu tidak ada, tidak
dianggap hadir (dalam kehidupan)." Sabda Rasulullah saw: "Apabila
Allah menginginkan kebaikan bagi seseorang maka dia diberi pendalaman dalam
ilmu agama. Sesungguhnya memperoleh ilmu hanya dengan belajar." (HR.
Bukhari).
Sobat muda muslim, untuk menjadi pemuda pejuang
Islam, kamu kudu menyiapkan mental dan juga ilmu. Keberanian dan rela berkorban
kudu ditunjang dengan ilmu dan ketakwaan. Dan terakhir, rasa optimis perlu juga
dimiliki. David J. Schwartz, menyebutkan bahwa ujian bagi seseorang yang sukses
bukanlah pada kemampuannya untuk mencegah munculnya masalah, tetapi pada waktu
menghadapi dan menyelesaikan setiap kesulitan saat masalah itu terjadi. Jadi
optimis. Bener juga ya?
Oke deh, mulai sekarang kita kaji Islam. Pahami
dan amalkan dalam kehidupan kita. Jadi, jangan malas ngaji lagi ya?
Seorang pemuda belia
dari kabilah Aslam sedang termenung sendirian agaknya dia sedang sibuk
memikirkan sesuatu yang membebani hatinya. Pemuda itu bertubuh kuat,
gagah, penuh gairah untuk menghadapi masa depan yang penuh berbagai
tantangan. Badanya tegap dan kuat, sanggup untuk dihadapkan pada
perjuangan seperti yang sedang dilakukan oleh yang lain, jihad
fisabilillah. Adakah jalan yang lebih afdol dan lebih mulia dari jihad
fisabilillah..? Rasa-rasanya tak ada. Sebab itulah satu-satunya jalan
jika memang benar-benar telah menjadi tujuan dan niat suci untuk
mencari restu dn ridho Allah SWT. "Demi Allah, inilah satu kesempatan
yang sangat baik", kata hati pemuda itu.
Yah,.....sebab
disana, serombongan kaum muslimin sedang bersiap menuju juang jihad
fisabilillah. Sebagian sudah berangkat, sebagian lagi baru datang, dan
akan segera berangkat. Semuanya menampakan wajah yang senang, pasrah,
dan tenang dengan satu iman yang mendalam. Wajah-wajah mereka
membayangkan suatu keyakinan penuh, bahwa sebelum ajal berpantang mati.
Maut akan menimpa diman pun kita berada. yakin bahwa umur itu satu.
kapan kan sampai batasnya, hanya Allah yang maha tahu. Bagaimana sebab
dan kejadianya, takdir Allah lah yang menentukan.
Maut,
adalah sesuatu yang tak dapat dihindari manusia. Dia pasti datang
menjemput manusia. Entah disaat manusia sedang duduk, diam di rumah,
atau mungkin berada dalam perlindungan benteng yang kokoh, mungkin pula
sedang bersembunyi ditempat persembunyiannya, di gua yang gelap, di
jalan raya yang ramai, ataukah di medan peperangan. Bahkan bukan
mustahil maut akan menjemput kala manusia sedang tidur, di atas temapt
tidurnya. Semua itu hanya Allah lah yang berkuasa, dan berkehendak
atasnya.
Menunggu
kedatangan maut memang masa-masa yang paling mendebarkan jiwa. Betapa
tidak? Hanya sendirilah yang dapat dibawa menghadap penguasa yang Esa
kelak. Medan juang fisabillah tersedia bagi mereka yang kuat. Penuh
keberanian dan keikhlasan mencari ridho Allah semata. Mereka yang
berjiwa suci ditengah-tengah tubuh yang perkasa. Angan-angan ikhlas
yang disertai hati yang bersih. Memang, saat itu keberanian telah
menjiwai setiap kalbu kaum muslimin. Panggilan dan dengungan untuk
jihad fisabilillah merupakan angan-angan dan tujuan harapan mereka.
Mereka yakin, dibalik hiruk-pikuknya peperangan Allah telah menjanjikan
imbalan yang setimpal baginya. Selain dengan itu dia dapat
membersihkan jiwanya dari berbagi noda. Baik itu berupa noda-noda
aqidah, niat-niat jahat, berbagi dosa perbuatan ataupun kekotoran
muamalah yang lain. Pengorbanan mereka yang mulia itu menunjukan
kepribadian yang baik dan luhur. Semua sesuai dengan ajaran agama yang
murni. Pantas menjadi contoh dan teladan, bahkan sebagai mercu suar
yang menerangi dunia dan isi alam semesta.
Itulah
renungan hati pemuda Aslam yang gagah itu. Sepenuh hati dia berkata
seolah kepada diri sendiri. "Harus ! harus dan mesti aku berbut sesuatu.
Jangan kemiskinan dan kefakiran ini menjadi hamabtan dan penghalang
mencapai tujuanku."
Mantap,
penuh keyakinan dan semangat yang tinggi pemuda tersebut ini
menggabungkan diri dengan pasukan kaum muslimin. Usia pemuda itu memang
masih belia, namun cara berfikir dan jiwanya cukup matang, kemauanya
keras, ketangksan dan kelincahan menjadi jaminan kegesitanya di medan
juang. Namun mengapa pemuda yang begitu bersemangat itu tak dapat ikut
serta dalam barisan pejuan? Seababnya hanya satu. Dia tidak mempunyai
bekal dan senjata apa-apa yang dapat dipakainya untuk berperang karena
kemiskinan dan kefakiranya. Sebab pikirnya, tidak mungkin untuk terjuan
ke medan perjuangan tanpa senjata apapun. Tanpa senjata dia tidak
mampu melakukan apapun. Bahkan dia tidak akan berfungsi apa-apa. Mungkin
untuk menyelamatkan diri saja, dia tidak mampu. Inilah yang menjadikan
pemuda itu berfikir panjang lebar. Otaknya bekerja keras agar
hasratnya yang besar berjuang dapat tercapai.
Setelah
tidak juga dicapainya pemecahan, dia pergi menghadap Rasulullah SAW.
Diceritakan semua keadaan dan penderitaan serta keinginannya yang besar.
Dia memang miskin, fakir dan menderita, namun dia tidk mengharapkan
apa-apa dari keikutsertaanya berjaung. Dikatakanya kepada Rasulullah
SAW, bahwa dia tidak meminta berbagai pendekatan duniawi kepada
Rasulullah; Dia hanya menginginkan bagaimana caranya agar dia dapat
masuk barisan pejuang fisabilillah. Mendengar hal demikian, Rasulullah
bertanya, setelah dengan cermat meneliti dan memandang pemuda tersebut:
"Hai pemuda, sebenarnya apa yang engkau katakan itu dan apa pula yang
engkau harapkan?".
"Saya
ingin berjuang, ya Rasulullah!" jawab pemuda itu. "Lalu apa yang
menghalangimu untuk melakukan itu", tanya Rasulullah SAW kemudian. "Saya
tidk mempunyai perbekalan apa-apa untuk persiapan perjaungan itu ya
Rasulullah", jawab pemuda tersebut terus terang. Alangkah tercengangnya
Rasulullah mendengar jawaban itu. Cermat diawasinya wajah pemuda
tersebut. Wajah yang berseri-seri, tanpa ragu dan penuh keberanian
menghadap maut, sementara disana banyak kaum munafikin yang hatinya
takut dan gentar apabila terdengar panggilan seruan untuk berjaung
jihad fisabilillah.
Demi
Allah! jauh benar perbedaan pemuda itu dengan para munafiqin di sana.
Kaum munafiqin yang dihinggapi rasa rendah diri, selalu mementingkan
diri-sendiri. Mereka tidak suka dan tidak mau memikul beban dan tanggung
jawab demi kebenaran yang hakiki. Kaum yang tidak senang hidup dalam
alam kedamaian dan ketentraman dlam ajaran agama yang benar. Mereka
lebih suka berada dalam hidup dan suasana kegelapan dan kekalutan.
Ibarat kuman-kuman kotor, yang hidupnya hanya untuk mengacau dan
menghancurkan apa saja. Celakalah mereka yang besar dan tegap badan
serta tubuhnya namun licik dan kerdil pikiran serta hatinya.
Kebanggaanlah
bagimu yang tepat hai pemuda! semogalah Allah banyak menciptakan
manusia-manusia sepertimu. Yang dapat menjadi generasi penerusmu. Yang
akan menjunjung tinggi kemulyaan Islam, budi pekerti yang mulia menuju
alam yang bahagia sejahtera lahir batin.
Benar,
kaum muslimin sangat memrlukan jiwa yang demikian. Jiwa yang besar
penuh keyakinan, dan juga keberanian yang mantap. Sepantasnya pemuda
seperti dari kabilah Aslam itu mendapat segala keperluan serta
keinginanya untuk melaksanakan hasrat cita-cita keinginan itu.
Rasulullah SAW akhirnya berkata kepada pemuda Aslam tersebut: "Pergilah
engkau kepada si Fulan! Dia yang sebenarnya sudah siap lengkap dengan
perlatan berperang tapi tidak jadi berangkat karena sakit. Nah pergilah
kepadanya dan mintalah perlengkapan yang ada padanya."
Pemuda
itu pun bergegas menemui orang yang ditunjukan Rasulullah SAW tadi.
Katanya kepada si Fulan: "Rasulullah SAW menyampaikan salam padamu juga
pesan. Beliau berpesan agar perlengkapan perang yang engkau miliki yang
tidak jadi engkau pakai pergi berperang agar diserahkan kepadaku."
Orang yang tidak jadi berperang itu penuh hormat menjalankan perintah
Rasulullah SAW sambil mengucapkan: "Selamat datang wahai utusan
Rasulullah! Saya hormati dan taati segala perintah Rasulullah SAW."
Segera
dia menyuruh istrinya untuk mengambil pakaian dan peralatan perang
yang tidak jadi dipakainya. Diserahkan semua itu pada pemuda kabilah
Aslam. Sambil mengucapkan terima kasih pemuda tersebut menerima
perlengkapan itu. Sebelum dia berangkat dan meninggalkan rumah itu,
pemuda tersebut sempat berucap: "Terima kasih sebesar-besarnya. Anda
telah menghilangkan seluruh duka dan keputusasaanku. Bagimu pahala
Allah yang besar tiada taranya. Terima kasih.........Terima kasih."
Pemuda
suku Aslam itu kemudian keluar dengan riang. Wajahnya bersinar
gembira. Dengan berlari-lari dia meningalkan rumah orang yang tidak jadi
berperang itu. Di tengah jalan pemuda tersebut bertemu dengan salah
satu temanya yang keheranan dan bengong. Tanyanya: "Hai, hendak kemana
engkau?", "Aku akan menuju janntul firdaus yang selebar langit dan
bumi", jawab pemuda itu dengan singkat dan tepat.
Sejarah vaksin tidak dapat dilepaskan dari nama seorang dokter Inggris yang lahir pada 17 Mei 1749, yaitu Edward Jenner. Pada 1796, suatu hari dalam hidup ilmuwan yang berasal dari Berkeley, Gloucestershire, Inggris ini, datang kepadanya seorang wanita pemerah susu bernama Sarah Nelmes yang mengeluhkan adanya rash di tangannya. Jenner, dengan pisau tajam justru mengambil materi rash yang diketahui sebagai penyakit cacar menular pada sapi tersebut (cowpox) dan memindahkannya ke lengan James Phipps, seorang anak tukang kebunnya yang berusia 8 tahun. James lantas terkena cowpox, namun segera sembuh. Selanjutnya, Jenner mengoleskan materi dari luka cacar smallpox, penyakit mematikan yang mewabah saat itu, ke luka yang ia buat di tangan James. Sebagaimana dugaan Jenner, James tidak terkena cacar. Sesuatu yang berasal dari cowpox telah melindungi James.
Setelah percobaannya yang sukses tersebut, Jenner kembali melakukan percobaan sebanyak 23 kasus yang sama, termasuk pada anak lelakinya yang berumur 11 bulan. Semua detail penelitiannya ia kumpulkan dalam sebuah buku dengan titel "An inquiry into the causes and effects of the variolae vaccinae, a disease discovered in some of the western counties of England, particularly Gloucestershire, and known by the name of The Cow Pox". Dengan keberhasilan Jenner ini, ilmu imunologi pun lahir. Penemuan Jenner tersebut dikenal sebagai vaksinasi yang diambil dari bahasa latin sapi, yaitu vacca. Namun, jauh sebelum penemuan Edward Jenner, vaksinasi sesungguhnya telah dikembangkan di Cina pada awal tahun 200 sebelum masehi. Misalnya, vaksin dari serbuk luka orang yeng terinfeksi cacar yang berhasil didokumentasikan berasal dari India dan China sekitar abad 17. Penyakit cacar, saat itu melanda seluruh dunia dan mengakibatkan kematian sekitar 20-30 persen orang yang terinfeksi. Beberapa tahun sebelum percobaan Jenner, juga setidaknya ada 6 orang yang mencoba melakukan imunisasi cacar yaitu seorang kebangsaan Inggris pada 1771, Sevel dari Jerman sekitar tahun 1772, Jensen dari Jerman tahun 1770, Benjamin Jesty, Inggris, tahun 1774, Rendall, Inggris tahun 1782, dan Peter Plett, Jerman, tahun 1796. Seorang istri duta besar Inggris di Turki tahun 1716 hingga 1718 juga mengamati tradisi vaksinasi Turki yang disebut Ashi, yaitu vaksinasi dengan mengoleskan lesi cacar sapi pada dada ternak ke anak-anak mereka. Lady Mary Wortley Montagu, istri duta besar tersebut, meminta ahli bedah kedutaan Charles Maitland, untuk melakukan metode vaksinasi tersebut pada anak lelakinya. Lantas, ia menulis surat pada saudara dan teman-temannya di Inggris, menggambarkan proses vaksinasi ala Turki secara lengkap. Ketika kembali ke Inggris, Lady Montagu tak putus menyebarkan tradisi Turki tersebut dengan cara menyuntik koleganya. Waktu berganti, ratusan tahun sejak momentum keberhasilan Edward Jenner, vaksin telah digunakan untuk terapi berbagai penyakit. Louis Pasteur mengembangkan teknik vaksinasi pada abad 19 dan mengaplikasikan pengguanaannya untuk penyakit anthrax dan rabies. Dengan vaksin pula, beberapa penyakit besar yang melanda umat manusia dapat dikontrol atau dibatasi penyebarannya. WHO mencatat tahun beberapa jenis vaksin pertama yang digunakan pada manusia, yaitu cacar pada tahun 1798, Rabies tahun 1885, Pes tahun 1897, Difteri tahun 1923, Pertusis tahun 1926, Tuberculosis (BCG) tahun 1927, Tetanus tahun 1927, Yellow Fever tahun 1935. Setelah perang dunia ke dua, pengembangan vaksin mengalami percepatan. Vaksin Polio suntik pertama diaplikasikan pada manusia tahun 1955, sedangkan vaksin polio oral tahun 1962. Selanjutnya campak tahun 1964, mumps tahun 1967, rubella tahun 1970, dan hepatitis B tahun 1981.