Dalam kimia partikel zat tebagi menjadi zat tunggal dan campuran. Yang termasuk zat tunggal adalah unsur dan senyawa.


Unsur adalah zat murni yang dapat diuraikan lagi menjadi zat lain yang lebih sederhana dengan reaksi kimia biasa. Penulisan lambang unsur mengikuti aturan sebagai berikut:

1.       Lambang unsur diambil dari singkatan nama unsur. Beberapa lambang unsur berasal dari bahasa Latin atau Yunani nama unsur tersebut.
Misalnya Fe dari kata ferrum (bahasa latin) sebagai lambang unsur besi.
2.       Lambang unsur ditulis dengan satu huruf kapital.
3.       Untuk Unsur yang dilambangkan dengan lebih dengan satu huruf, huruf pertama lambang ditulis dengan huruf kapital dan huruf kedua/ketiga ditulis dengan huruf kecil.
4.       Unsur-unsur yang memiliki nama dengan huruf pertama sama maka huruf pertama lambang unsur diambil dari huruf pertama nama unsur dan huruf kedua diambil dari huruf lain yang terdapat pada nama unsur tersebut.
Misalnya, Ra untuk radium dan Rn untuk radon.



Pada suhu kamar (25 C) unsur dapat berwujud Padat, Cair,dan Gas, 


Unsur Logam: umumnya unsur logam diberi nama akhiran ium. Umumnya logam ini memiliki titik didih tinggi, mengilap, dapat dibengkokan  , dan dapt menghantarkan panas atau arus listrik.


·  ·         Unsur Non Logam: umumnya memiliki titik didih rendah, tidak mengkilap,kadang-kadang rapuh tak dapat dibengkokkan dan sukar menghantarkan panas atau arus listrik.




Senyawa adalah zat yang terbentuk dari penggabungan unsur-unsur dengan pembagian tertentu. Senyawa dihasilkan dari reaksi kimia antara dua unsur atau lebih melalui reaksi pembentukan. Misalnya, karat besi (hematit) berupa Fe2O3 dihasilkan oleh reaksi besi (Fe) dengan oksigen (O). Senyawa dapat diuraikan menjadi unsur-unsur pembentuknya melalui reaksi penguraian.
Berikut ini adalah proses elektrolisis air yang merupakan reaksi kimia yang menguraikan senyawa air menjadi unsur-unsurnya yaitu hidrogen dan oksigen.

H2O (l)→ H2(g) + O2(g)



Senyawa sebenarnya sudah banyak terdapat di alam namun kita juga dapat membuat senyawa yang sudah ada dengan mereaksikan unsur – unsurnya. Salah satu contohnya adalah dengan mereaksikan natrium padat dengan gas klor yang menghasilkan garam NaCl.

Na(s) + Cl2(g) → NaCl(s)
Reaksi ini menghasilkan nyala terang sebab reaksinya melepaskan sejumlah energi.

(Sumber : General Chemistry - Whitten-Davis-Peck)






Cinta yang paling tinggi dan mutlak bagi seorang Muslim sejatinya adalah cinta kepada Allah SWT semata. Karena itu segala jenis cinta seorang Muslim kepada siapa pun dan kepada apapun sejatinya harus dilandaskan semata-mata pada cinta kepada Allah SWT. Rasulullah SAW  bersabda, “Tali iman yang paling kuat adalah mencintai karena Allah dan membenci karena Allah.” (HR at-Tirmidzi).
Cinta karena Allah SWT bahkan menjadi ciri kesempurnaan iman seorang Muslim, sebagaimana sabda Nabi SAW, “Siapa saja yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan tidak memberi karena Allah, maka sungguh telah sempurna imannya.” (HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi).
Ada beberapa faktor yang dapat mengokohkan kecintaan kita di jalan Allah SWT kepada saudara kita sesama Muslim.Pertama: memberitahukan kepada orang yang dicintai bahwa kita mencintai dia karena Allah SWT. Diriwayatkan dari Abu Dzar ra bahwa ia pernah mendengar Rasulullah SAW  bersabda, “Apabila ada seorang dari kalian mencintai temannya hendaklah dia mendatangi rumahnya dan mengabarinya bahwa ia mencintai dirinya karena Allah SWT.” (HR Ibnul Mubarak dalam kitab Az-Zuhd, hlm. 712)
Kedua: Saling memberi hadiah. Rasulullah SAW bersabda, sebagaimana dituturkan oleh Abu Hurairah ra, “Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR al-Bukhari dan al-Baihaqi).
Ketiga: Saling mengunjungi. Rasulullah SAW juga pernah bersabda, sebagaimana pula dituturkan oleh Abu Hurairah ra,“Wahai Abu Hurairah! berkunjunglah engkau dengan baik, tidak terlalu sering dan terlalu jarang, niscaya akan bertambah sayang.” (HR ath-Thabrani dan al-Baihaqi).
Keempat: Saling mengucapkan salam. Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah kalian masuk surga sehingga kalian beriman. Tidakkah kalian beriman sehingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan tentang sesuatu yang apabila kalian lakukan kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR Muslim)
Kelima: Jangan berprasangka buruk dan melakukan ghibah. Allah SWT berfirman (yang artinya): Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. Jangan pula sebagian kalian menggunjingkan (ghibah) sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kalian memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kalian akan merasa jijik (TQS al-Hujurat: 12).
Keenam: Memiliki empati. Rasulullah SAW bersabda, “Orang-orang Mukmin itu ibarat satu jasad; apabila satu anggota badan sakit, maka seluruh jasad turut merasakan sakit dengan demam dan tidak dapat tidur.” (HR Muslim).
Berdasarkan penjelasan Rasulullah dalam beberapa haditsnya dinyatakan bahwa buah dan hasil dari saling mencintai di jalan Allah di antaranya adalah: mendapatkan kecintaan dan mendapatkan kemuliaan dari Allah SWT; mendapatkan naungan Allah pada Hari Kiamat pada saat tidak ada naungan kecuali naungan Allah, merasakan manisnya iman, meraih kesempurnaan iman dan akan masuk surga. Rasulullah SAW, misalnya bersabda, “Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman. Kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai.” (HR Muslim).
Rasulullah SAW  pun bersabda, sebagaimana dituturkan oleh Abu Hurairah ra, “Allah berfirman pada Hari Kiamat, ‘Di manakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku pada hari ini? Aku akan menaungi mereka dalam naungan-Ku pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Ku.’” (HR Muslim).
Rasulullah SAW juga menceritakan dari Rabb-nya melalui sabdanya, “Orang-orang yang bercinta karena Allah berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya dalam naungan ‘Arsy pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya.”
Rasulullah SAW pun menceritakan dari Rabb-nya yang berfirman, “Cinta-Ku adalah untuk orang-orang yang saling mencintai karena-Ku. Cinta-Ku adalah untuk orang-orang yang saling tolong-menolong karena-Ku. Cinta-Ku adalah untuk orang-orang yang saling berkunjung karena-Ku.” Orang-orang yang bercinta karena Allah berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya dalam naungan ‘Arsy pada hari tiada naungan kecuali naungan-Nya. (HR Ahmad).
Rasulullah SAW pun bersabda, sebagaimana penuturan Muadz bin Jabal, bahwa Allah telah berfirman, “Orang-orang yang bercinta karena keagungan-Ku, mereka mendapatkan mimbar-mimbar dari cahaya sehingga para nabi dan syuhada iri kepada mereka.” (HR at-Tirmidzi).
Semoga kita bisa meraih semua keutamaan itu. Amin. [] abi.





Gigi anda terasa ngilu saat minum es atau makan makanan asam? Rasa ngilu yang tajam dan berlangsung singkat adalah pertanda utama gigi sensitif. Ada tiga tipe gigi sensitif yaitu sensitif terhadap suhu ("thermal"), terhadap zat kimia tertentu ("chemist", misalnya makanan asam atau manis), dan terhadap sentuhan (“tactile”). 

Menurut Dokter gigi Ruby Kusnadi, penyebab utama gigi sensitif adalah email gigi yang tergerus sehingga dentin gigi terekspos dan menyebabkan rasa ngilu ketika orang tersebut mengonsumsi makanan atau minuman tertentu. Penggunaan sikat gigi berbulu kasar, terlalu keras saat menyikat gigi, dan cara menyikat gigi yang salah merupakan faktor utama penyebab email gigi tergerus. 

“Intinya adalah email gigi. Kalau email sehat, gigi juga sehat," ujarnya. Penyebab lain gigi sensitif adalah gigi yang retak atau tambalan gigi yang lepas. Gigi sensitif dapat pula disebabkan oleh “bruxism” atau kebiasaan menggeruskan gigi saat tidur atau di bawah alam sadar.

Gigi sensitif umumnya dialami oleh orang pada usia produktif. Namun, pada beberapa kasus, gigi sensitif juga dapat ditemukan pada anak-anak remaja dan manula. Meskipun belum ada penelitian khusus mengenai gender dalam kaitannya dengan gigi sensitif, pengalaman menunjukan bahwa wanita lebih banyak menderita gigi sensitif daripada pria. Faktor hormonal kerap menjadi pemicu gigi sensitif pada wanita hamil, meskipun tidak semua wanita hamil mengalaminya.

Gigi sensitif juga bisa jadi gejala penyakit lain, misalnya diabetes. Pada penderita diabetes, penciutan tulang berjalan lebih cepat daripada orang normal. Kondisi ini menyebabkan gusi penderita diabetes rentan mengalami penurunan, sehingga dentin terekspos dan gigi menjadi sensitif. 

Pencegahan gigi sensitif sebaiknya dilakukan sejak masa kecil, dimulai dengan asupan nutrisi yang seimbang saat masih bayi. Ketika gigi anak mulai tumbuh, tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan terapi flouride dan dengan mengajari anak cara menyikat gigi yang benar. Melakukan kontrol ke dokter gigi sekurang-kurangnya 6 bulan sekali juga tak kalah penting. 

Jika pasien sudah terlanjur menderita gigi sensitif, dokter akan melakukan tindakan pengobatan yang metodenya tergantung pada tingkat keparahan. Gigi sensitif ringan biasanya akan sembuh hanya dengan mengaplikasikan pasta gigi berkadar flouride tinggi. Jika penggunaan pasta gigi tidak memberikan perkembangan, tindakan pengobatan bisa dilakukan dengan penambalan gigi atau perawatan saluran syaraf yang membutuhkan beberapa waktu. Biasanya metode yang terakhir diaplikasikan jika gigi sudah terekspos mendekati ruang saraf. 


drg. Ruby Kusnadi



Dokter gigi Ruby juga membagikan tips bagi para penderita gigi sensitif. Anda bisa mempraktikkannya sebelum tidur. Sikatlah gigi menggunakan pasta gigi berkadar flouride tinggi, kemudian jangan berkumur. Cukup meludah saja, kemudian langsung tidur. Cara ini cukup efektif karena jika kita berkumur setelah sikat gigi, fluoride yang terkandung di dalam pasta gigi tersebut akan tersapu oleh air yang dikumur, sehingga hasilnya tidak maksimal. Untuk kasus gigi sensitif ringan, tips tersebut kemungkinan akan berhasil.  

Nah, konsultasilah ke dokter gigi anda secara rutin karena bagaimana pun lebih baik mencegah daripada mengobati.
 
Sumber: www.meetdoctor.com
Penulis: Putri Sekar Pertiwi
Reviewed by: drg. Ruby Kusnadi
Dokter gigi di Siloam Hospital, J&J Dental Care dan RS Mitra Kemayoran





Ghiboo.com - Sakit gigi memang menyebalkan. Akibatnya, kita tak bisa menikmati makanan kesukaan dengan nyaman.
Masalah gigi memang harus segera ditangani oleh dokter gigi. Obat atau operasi gigi mungkin mampu mengatasi sakit gigi permanen.
Namun untuk pertolongan pertama, ada solusi untuk mengatasi gigi 'nyut-nyutan'.
Cengkeh. Studi dalam Journal of Dentistry di tahun 2006 mengungkapkan bahwa cengkeh ampuh meredakan sakit gigi. Cengkeh mengandung eugonol, senyawa yang banyak digunakan sebagai obat bius analgesik dan lokal, terutama dalam kedokteran gigi.
Caranya:
Taruh 2-3 tetes minyak cengkeh di kapas, kemudian oleskan pada gigi Anda. Atau, kunyah beberapa buah kunyit, kemudian berkumur.
Jahe. Menurut California State University, jahe mampu membantu menenangkan rasa sakit yang terkait dengan sakit gigi.
Caranya:
Ambil jahe ukuran sedang, bersihkan, potong menjadi beberapa bagian kemudian langsung taruh di gigi yang sakit. Jika mau, Anda boleh menggigit dan mengunyahnya secara perlahan. Jangan lupa untuk segera kumur-kumur setelahnya.
Garam. Garam laut membantu mengurangi tekanan yang menyiksa pada saraf gigi. Sehingga, ampuh untuk menghilangkan rasa sakit sakit, bahkan menyembuhkan.
Caranya:
Campurkan 1 sendok makan garam ke dalam segelas air. Kemudian berkumurlah selama 30 detik. Ulangi hingga beberapa kali.
Bawang. Bawang memberikan double kebaikan, untuk gigi. Tak hanya mengatasi sakit gigi, tetapi juga membunuh kuman.


Yang dilakukan ketika tubuh merasa sakit  dalah:

Asulullah pernah bersabda:
"Letakkan tanganmu pada bagian tubuh yang sakit, lalu ucapkan doa sebagai berikut:

Bismillah (3x)
A'uudzubillahi wa qudratihi min syarri maa ajidu wa uhaadziru (7x)

artinya:
Bismillah (3x)
Aku berlindung kepada Allah dan kepada kekuasan-Nya terhadap keburukan yang aku rasakan dan aku khawatirkan (7x)

(HR Muslim)




Allah SWT tentu benci terhadap hamba-Nya yang bermaksiat kepada-Nya. Namun sebaliknya, Allah SWT amat suka dan bergembira terhadap orang-orang yang segera bertobat dari dosa dan kemaksiatannya. Allah SWT bahkan menegaskan, bahwa ampunan-Nya bagi orang-orang yang mau bertobat adalah selalu lebih besar dari dosa-dosanya.
Dalam hal ini, Rasulullah SAW, sebagaimana dinyatakan oleh Anas bin Malik ra pernah bersabda, bahwa Allah SWT telah berfirman, “Hai anak Adam, sesungguhnya kamu adalah sesuai dengan apa yang kamu panjatkan dan harapkan kepada Diri-Ku. Aku mengampuni kamu atas dosa-dosa yang telah kamu lakukan dan Aku rela. Hai anak Adam, andai dosa-dosamu memenuhi seluruh langit, lalu kamu memohon ampunan-Ku, pasti Aku mengampuni kamu. Hai anak Adam, sesungguhnya kamu, andai kamu mendatangi Aku dengan memikul dosa-dosa sepenuh bumi, kemudian kamu menjumpai Aku dalam keadaan tidak menyekutukan Aku dengan apapun, pasti Aku akan mendatangi kamu dengan ampunan sepenuh bumi pula.” (HR at-Tirmidzi, hadis hasan-shahih).
Dalam nada yang sama, Rasulullah SAW bersabda, sebagaimana dituturkan Abu Dzarr ra, bahwa Allah SWT telah berfirman, “Siapa saja yang mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Siapa saja yang mendekat kepada-Ku sedepa, Aku mendekat kepadanya sejengkal. Siapa saja yang mendatangi-Ku dengan berjalan, Aku akan mendatanginya dengan berlari. Siapa saja yang menjumpai-Ku dengan memikul dosa sepenuh bumi—selama dia tidak menyekutukan Aku dengan apapun—maka aku akan menjumpainya dengan membawa ampunan sepenuh bumi pula.”(HR Muslim).
Anas juga berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Demi Zat yang jiwaku ada di tangan-Nya, andai kalian berbuat dosa hingga dosa-dosa kalian memenuhi langit dan bumi, kemudian kalian memohon ampunan kepada Allah, maka pasti Allah mengampuni kalian.’” (HR Ahmad).
Abu Hurairah rajuga menuturkan bahwa Nabi SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jala, saat menciptakan makhluk, Dia menuliskan pada makhkuk itu di atas ‘Arsy-nya: Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku.” (HR Muslim).
Karena itulah Rasulullah SAW memberikan petunjuknya secara berulang kepada manusia untuk segara bertobat dari dosa-dosa. Ampunan Allah SWT kepada mereka merupakan rahmat-Nya kepada mereka. Di antara petunjuk Rasulullah SAW tersebut adalah sabdanya, sebagaimana dituturkan oleh Abu Dzarr bahwa Allah SWT telah berfirman, “Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat kesalahan malam dan siang hari, sementara Aku mengampuni dosa-dosa seluruhnya. Karena itu, minta ampunlah kepada-Ku, pasti Aku mengampuni kalian.” (HR Muslim).
Abu Hurairah menuturkan dari Rasulullah SAW kisah dari penuturan Allah SWT sendiri yang berfirman, “Hamba-Ku berbuat suatu dosa. Ia lalu berkata, ‘Ya Allah ampunilah aku atas dosa-dosaku.” Allah SWT berfirman, ‘Hamba-Ku berbuat suatu dosa dan dia tahu bahwa dia memiliki Tuhan yang mengampuni dan menghapus dosa-dosa.’ Lalu dia kembali berbuat dosa. Kemudian ia pun kembali berkata, ‘Ya Allah ampunilah aku atas dosa-dosaku.’” Allah SWT berfirman,“Hamba-Ku berbuat suatu dosa dan dia tahu bahwa dia memiliki Tuhan yang mengampuni dan menghapus dosa-dosa. Lakukanlah apa pun sekehendak kamu maka sesungguhnya Aku pasti mengampunimu.” (HR Muslim).
Karena itulah, Rasulullah SAW menyuruh kita untuk banyak bertobat kepada Allah SWT, sebagaimana sabdanya, “Wahai manusia, bertobatlah kalian kepada Allah SWT dan mintalah ampunan kepada-Nya. Sesungguhnya aku bertobat kepada Allah dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali.” (HR Muslim).
Tentu, Rasul bertobat bukan karena dosa-dosanya, karena beliau terpelihara dari dosa-dosa. Tobat beliau tidak lain merupakan bentuk makrifat beliau kepada Allah SWT.
Rasulullah SAW juga bersabda, sebagaimana penuturan Abu Musa al-Asy’ari, “Sesungguhnya Allah melapangkan tangannya pada malam hari untuk menerima tobat pelaku kemaksiatan pada siang harinya dan melapangkan tangan-Nya pada siang hari untuk menerima tobat pelaku kemaksiatan pada malam harinya.” (HR Muslim).
Rasulullah SAW, sebagaimana penuturan Abu Hurairah ra juga berkata, “Siapa saja yang bertobat sebelum matahari terbit dari tempat terbenamnya, Allah pasti menerima tobatnya.” (HR Muslim).
Selain itu, sesungguhnya dosa yang diiringi dengan istighfar akan menambah makrifat kepada Allah, pengakuan atas penghambaan kepada-Nya dan menambah upaya merendahkan diri di hadapan-Nya. Hal demikian lebih Allah cintai daripada ketaatan yang diiringi dengan sikap ujub dan lalai.
Alhasil, di penghujung tahun ini, dan dalam rangka menyongsong awal tahun depan, marilah kita segera bertobat, dengan tawbatan nashuha. Sesungguhnya Allah SWT akan selalu ‘merindukan’ tobat kita. (mediaumat.com, 24/12)



Cinta yang paling tinggi dan mutlak bagi seorang Muslim sejatinya adalah cinta kepada Allah SWT semata. Karena itu segala jenis cinta seorang Muslim kepada siapa pun dan kepada apapun sejatinya harus dilandaskan semata-mata pada cinta kepada Allah SWT. Rasulullah SAW  bersabda, “Tali iman yang paling kuat adalah mencintai karena Allah dan membenci karena Allah.” (HR at-Tirmidzi).
Cinta karena Allah SWT bahkan menjadi ciri kesempurnaan iman seorang Muslim, sebagaimana sabda Nabi SAW, “Siapa saja yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan tidak memberi karena Allah, maka sungguh telah sempurna imannya.” (HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi).
Ada beberapa faktor yang dapat mengokohkan kecintaan kita di jalan Allah SWT kepada saudara kita sesama Muslim.Pertama: memberitahukan kepada orang yang dicintai bahwa kita mencintai dia karena Allah SWT. Diriwayatkan dari Abu Dzar ra bahwa ia pernah mendengar Rasulullah SAW  bersabda, “Apabila ada seorang dari kalian mencintai temannya hendaklah dia mendatangi rumahnya dan mengabarinya bahwa ia mencintai dirinya karena Allah SWT.” (HR Ibnul Mubarak dalam kitab Az-Zuhd, hlm. 712)
Kedua: Saling memberi hadiah. Rasulullah SAW bersabda, sebagaimana dituturkan oleh Abu Hurairah ra, “Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR al-Bukhari dan al-Baihaqi).
Ketiga: Saling mengunjungi. Rasulullah SAW juga pernah bersabda, sebagaimana pula dituturkan oleh Abu Hurairah ra,“Wahai Abu Hurairah! berkunjunglah engkau dengan baik, tidak terlalu sering dan terlalu jarang, niscaya akan bertambah sayang.” (HR ath-Thabrani dan al-Baihaqi).
Keempat: Saling mengucapkan salam. Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah kalian masuk surga sehingga kalian beriman. Tidakkah kalian beriman sehingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan tentang sesuatu yang apabila kalian lakukan kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR Muslim)
Kelima: Jangan berprasangka buruk dan melakukan ghibah. Allah SWT berfirman (yang artinya): Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. Jangan pula sebagian kalian menggunjingkan (ghibah) sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kalian memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kalian akan merasa jijik (TQS al-Hujurat: 12).
Keenam: Memiliki empati. Rasulullah SAW bersabda, “Orang-orang Mukmin itu ibarat satu jasad; apabila satu anggota badan sakit, maka seluruh jasad turut merasakan sakit dengan demam dan tidak dapat tidur.” (HR Muslim).
Berdasarkan penjelasan Rasulullah dalam beberapa haditsnya dinyatakan bahwa buah dan hasil dari saling mencintai di jalan Allah di antaranya adalah: mendapatkan kecintaan dan mendapatkan kemuliaan dari Allah SWT; mendapatkan naungan Allah pada Hari Kiamat pada saat tidak ada naungan kecuali naungan Allah, merasakan manisnya iman, meraih kesempurnaan iman dan akan masuk surga. Rasulullah SAW, misalnya bersabda, “Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman. Kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai.” (HR Muslim).
Rasulullah SAW  pun bersabda, sebagaimana dituturkan oleh Abu Hurairah ra, “Allah berfirman pada Hari Kiamat, ‘Di manakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku pada hari ini? Aku akan menaungi mereka dalam naungan-Ku pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Ku.’” (HR Muslim).
Rasulullah SAW juga menceritakan dari Rabb-nya melalui sabdanya, “Orang-orang yang bercinta karena Allah berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya dalam naungan ‘Arsy pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya.”
Rasulullah SAW pun menceritakan dari Rabb-nya yang berfirman, “Cinta-Ku adalah untuk orang-orang yang saling mencintai karena-Ku. Cinta-Ku adalah untuk orang-orang yang saling tolong-menolong karena-Ku. Cinta-Ku adalah untuk orang-orang yang saling berkunjung karena-Ku.” Orang-orang yang bercinta karena Allah berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya dalam naungan ‘Arsy pada hari tiada naungan kecuali naungan-Nya. (HR Ahmad).
Rasulullah SAW pun bersabda, sebagaimana penuturan Muadz bin Jabal, bahwa Allah telah berfirman, “Orang-orang yang bercinta karena keagungan-Ku, mereka mendapatkan mimbar-mimbar dari cahaya sehingga para nabi dan syuhada iri kepada mereka.” (HR at-Tirmidzi).
Semoga kita bisa meraih semua keutamaan itu. Amin. [] abi.
http://hizbut-tahrir.or.id/2013/03/22/hti-ruu-ormas-ancam-umat-islam/



Istilah globalisasi pertama dikemukakan oleh majalah terbitan Amerika, Criminal Politics Magazine, pada rubrik Globalology edisi November 1992. Di sana dimuat sebuah artikel bertajuk: The Carrol Quigley-Clinton Connection. Profesor Quigley adalah dosen Clinton semasa kuliah di Georgetown University, yang mengasuh beberapa mata kuliah mengenai ekonomi-strategis di salah satu program pasca sarjana. Tulisan tersebut memaparkan bagaimana Profesor Quigley memberi izin kepada Clinton untuk “mengintip” kebijakan-kebijakan yang sifatnya rahasia, dan memintanya untuk ikut mempelajari dan mempersiapkan kajian-kajian yang akan menguntungkan pemerintah Amerika. Selama hampir dua puluh tahun konsep ini dikaji Clinton hingga akhirnya berhasil menelorkan ide-ide ekonomi berkaitan dengan Tata Dunia Baru (New World Order).
            Globalisasi kini bukan sekedar slogan ekonomi kapitalis, tetapi sudah menjelma sebuah pemikiran yang berpijak ideologi kapitalisme yang komprehensif dan meliputi aspek-aspek kehidupan lain, meski yang menonjol tetap pada bidang ekonomi. Ide ini merupakan serangan total peradaban Barat (baca: kapitalisme) dengan bersenjatakan modal –yang memang vital bagi roda perekonomian– dan melanda seluruh pelosok dunia, termasuk negeri-negeri Islam. Hampir tidak ditemukan adanya perlawanan apa pun yang menentang ide globalisasi ini dari negeri-negeri Islam. Ide globalisasi yang bermakna universal (diambil dari kata global) dimaksudkan untuk menjadikan kapitalisme sebagai satu-satunya pilihan ideologi dan peradaban dunia.
            Globalisasi dalam makna ekonomi, merupakan sebuah ungkapan yang diartikan penyatuan (integrasi) dan penundukan ekonomi lokal ke dalam perekonomian dunia. Metode yang dijalankan adalah memaksa penerapan format ekonomi swasta ke dalam struktur perekonomian dunia, serta menjadikan ekspor setiap negara ditujukan untuk pasar dunia, selain untuk pasar domestik dan regional. Semua ini menuntut penghapusan seluruh batasan-batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang dan jasa. Segala kekuatan ekonomi diberi peluang masuk dalam pasar terbuka (free trade/ free market), dan menghilangkan proteksi dari negara.


NEGASI DARI NEGASI
Hukum kedua dari dialektika adalah 'hukum negasi dari negasi', dan sekali lagi, ini kedengaran lebih rumit daripada yang sebenarnya. 'Negasi' dalam hal ini secara sederhana berarti gugurnya sesuatu, kematian suatu benda karena ia bertransformasi (berubah) menjadi benda yang lain. Sebagai contoh, perkembangan masyarakat kelas dalam sejarah kemanusiaan menunjukkan negasi (gugurnya) masyarakat sebelumnya yang tanpa-kelas. Dan di masa yang akan datang, dengan adanya perkembangan komunisme, kita akan mendapati suatu masyarakat tanpa-kelas yang lain, yang ini akan berarti negasi terhadap semua masyarakat kelas yang ada sekarang.
Jadi, hukum negasi dari negasi secara sederhana menyatakan bahwa seiring munculnya suatu sistem (menjadi ada/eksis), maka ia akan memaksa sistem lainnya untuk sirna (mati). Tetapi, ini bukan berarti bahwa sistem yang kedua ini bersifat permanen atau tak bisa berubah. Sistem yang kedua itu sendiri, menjadi ter-negasi-kan akibat perkembangan-perkembangan lebih lanjut dan proses-proses perubahandalam masyarakat. Karena masyarakat kelas telah menjadi negasi dari masyarakat tanpa-kelas, maka masyarakat komunis akan menjadi negasi dari masyarakat kelas – negasi dari negasi.
Konsep lainnya dari dialektika adalah hukum 'interpenetration of opposites' (saling-menerobos dari hal-hal yang bertentangan). Hukum ini secara cukup sederhana menyatakan bahwa proses-proses perubahan terjadi karena adanya kontradiksi-kontradiksi – karena konflik-konflik yang terjadi di antara elemen-elemen yang berbeda, yang melekat dalam semua proses alam maupun sosial.
Barangkali contoh paling tepat dari 'interpenetration of opposites' dalam ilmu pengetahuan alam adalah 'teori quantum'. Teori ini didasarkan atas konsep bahwa energi memiliki karakter ganda – yaitu untuk beberapa tujuan, menurut beberapa eksperimen, energi eksis dalam bentuk gelombang, misalnya gelombang elektro magnetik. Tetapi untuk tujuan-tujuan lain, energi mewujudkan diri sebagai partikel. Dengan kata lain, sama sekali diterima di kalangan ilmuwan bahwa materidan energi sebetulnya bisa eksis dalam dua bentuk yang berbeda pada satu waktu yang sama – di satu sisi, sebagai sejenis gelombang yang tak kelihatan, dan di sisi lain, sebagai sebuah partikel dengan 'quantum' (jumlah) energi tertentu yang ada di dalamnya.
Karena itu, basis dari teori quantum dalam ilmu fisika modern adalah kontradiksi. Namun ada banyak lagi kontradiksi yang dikenal dalam ilmu pengetahuan. Energi elektromagnetik, misalnya, menjadi bergerak akibat dorongan positif dan negatif atas satu sama lain. Magnetisme tergantung pada eksistensi kutub utara dan kutub selatan. Hal-hal ini tidak bisa eksis secara terpisah (sendiri-sendiri). Mereka eksis dan beroperasi justru akibat kekuatan-kekuatan yang bertentangan, yang ada dalam sistem yang satu dan sama.
Hal yang serupa, setiap masyarakat saat ini terdiri atas elemen-elemen berbeda yang bertentangan, yang bergabung bersama dalam satu sistem, yang membuat mustahil bagi masyarakat apapun, di negeri manapun untuk tetap stabil dan tak berubah. Metode dialektis – bertentangan dengan metode logika formal – melatih kita untuk mengidentifikasi (mengenali) kontradiksi-kontradiksi ini, dan dengan demikian berarti mempelajari secara mendalam perubahan yang sedang terjadi.
Kaum Marxis tidak merasa malu untuk mengatakan bahwa terdapat elemen-elemen yang bertentangan dalam setiap proses sosial. Sebaliknya, justru dengan mengenali dan memahami kepentingan-kepentingan yang bertentangan, yang terdapat dalam proses yang sama itu, maka kita akan mampu untuk mengarahkan perubahan yang diinginkan, dan konsekuensinya juga berusaha untuk mengidentifikasi maksud dan tujuan yang perlu dan mungkin dalam situasi seperti itu untuk dirumuskan dari sudut pandang kelas-buruh.
Pada saat yang sama, Marxisme tidaklah mengabaikan logika formal sama sekali. Akan tetapi, adalah penting untuk melihat – dari sudut pandang pemahaman terhadap perkembangan-perkembangan sosial – bahwa logika formal haruslah ditempatkan pada posisi kedua.
Kita semua menggunakan logika formal untuk keperluan sehari-hari. Logika formal memberikan perhitungan-perhitungan yang berguna bagi kita untuk komunikasi dan melaksanakan aktivitas sehari-hari. Kita tidak akan bisa menjalani kehidupan normal tanpa berbasa-basi menggunakan logika formal, tanpa menggunakan perhitungan bahwa satu sama dengan satu. Akan tetapi, di sisi lain, kita harus melihat keterbatasan-keterbatasan logika formal – keterbatasan-keterbatasan yang menjadi jelas dalam ilmu pengetahuan jika kita mempelajari proses-proses secara mendalam dan mendetail, dan juga ketika kita mempelajari proses-proses sosial dan politik dengan lebih teliti.
Dialektika sangat jarang diterima oleh para ilmuwan. Beberapa ilmuwan dialektis, tetapi mayoritas, bahkan sampai saat ini, selalu mencampur-adukkan pendekatan materialis dengan segala macam ide-ide formal dan idealistik. Kalau seperti itu yang terjadi di bidang ilmu pengetahuan alam, maka di bidang ilmu pengetahuan sosial adalah jauh lebih parah. Penyebabnya cukup jelas. Jika Anda mencoba meneliti masyarakat dan proses-proses sosial dari sudut pandang ilmiah, maka Anda tidak bisa menghindari untuk sampai pada kontradiksi-kontradiksi dalam masyarakat kapitalis, dan kebutuhan untuk transformasi sosial masyarakat.
Namun perguruan-perguruan tinggi, yang seharusnya menjadi pusatstudi dan penelitian, dibawah sistem kapitalis ini jauh dari independent terhadap kelas yang berkuasa dan negara. Itulah sebabnya mengapa ilmu pengetahuan alam masih memiliki suatu metode ilmiah yang cenderung kepada materialisme dialektis; tetapi ketikasampai pada ilmu pengetahuan sosial, maka Anda akan mendapati di sekolah tinggi dan politeknik, serta universitas-universitas, formalisme dan idealisme yang paling parah. Hal ini bukannya tidak berhubungan dengan kepentingan-kepentingan tertentu dari para profesor dan akademisi yang digaji tinggi. Adalah jelas dan tak bisa dihindari bahwa posisi istimewa mereka di mata masyarakat akan memiliki beberapa cerminan dan pengaruh pada apa yang harus mereka ajarkan. Pandangan dan prasangka-prasangka subyektif mereka sendiri akan disertakan dalam 'pengetahuan' yang mereka sampaikan kepada mahasiswa mereka, dan begitu seterusnya sampai ke tingkat sekolah-sekolah.
Sejarawan borjuis, khususnya, adalah di antara ilmuwan-ilmuwan sosial yang paling berpandangan sempit. Berapa banyak kita telah melihat contoh-contoh sejarawan borjuis yang membayangkan bahwa sejarah berakhir kemarin! Di sini, di Inggris, mereka semua nampaknya mengakui masa-masa mengerikan sewaktu imperialisme Inggris abad ke-17, 18, sampai abad ke-19; bahwa Inggris terlibat dalam lalu lintas perdagangan budak; bahwa Inggris juga bertanggung jawab terhadap penaklukan rakyat di tanah-tanah jajahan yang paling berdarah; bahwa Inggris juga harus bertanggung jawab terhadap eksploitasi paling buruk terhadap buruh Inggris, termasuk wanita dan anak-anak di tambang-tambang batu bara, di pabrik-pabrik pemintalan kapas, dst.
Mereka akan menerima kenyataan adanya kekejaman dan ketidakadilan ini, tetapi hanya sampai kemarin. Namun jika kita bicara tentang masa sekarang, tentu saja, mereka akan menganggap bahwa imperialisme Inggris tiba-tiba jadi demokratis dan progressif.
dan hal tersebut sepenuhnya cuma satu sisi saja, satu cara pandang yang sepenuhnya berat sebelah dalam melihat sejarah, yang secara diametris berlawanan dengan metode Marxisme. Marx dan Engels terbiasa untuk memandang proses-proses sosial dari sudut pandang dialektis yang sama sebagaimana mereka memandang alam - yaitu memandangnya dari sudut pandang proses-proses itu sebenarnya terjadi.
dalam berbagai diskusi dan debat kita sehari-hari di dalam gerakan buruh, kita akan seringkali menjumpai orang-orang yanf formalis. Bahkan banyak orang kiri akan memandang berbagai hal dalam cara yang kaku dan formal, tanpa pemahaman akan arah yand di dalamnya hal-hal tersebut tadi bergerak.
Sayap kanan di dalam gerakan buruh, dan juga beberapa orang di sayap kiri, percaya bahwa teori Marxis adalah dogma, yakni, mereka percaya bahwa "teori" itu selayaknya beban seberat 600 pound (1 pound = 2,2 kg) di atas pundak seorang aktivis, dan semakin cepat si aktivis itu membuang beban tersebut, maka ia akan bisa makin aktiv dan efektif jadinya.
namun itu adalah konsepsi yang sepenuhnya keliru mengenai keseluruhan sifat teori Marxis. pada kenyataan yang sesungguhnya, Marxisme adalah lawan dari dogma. Marxisme setepat-tepatnya adalah metode untuk memahami sepenuhnya proses-proses perubahan yang terjadi di sekitar kita.
Tidak ada satupu hal yang ajeg, dan tiada pula sesuatupun yang tetap tak berubah. adalah kaum formalis yang melihat masyarakat sebagai foto yang tak bergerak, mereka dikuasai oleh situasi-situasi yang mereka hadapi sebab mereka tidak mampu melihat bagaimana dan mengapa berbagai hal akan berubah. pendekatan macam beginilah yang dapat dengan mudah menggiring orang pada penerimaan yang dogmatis dari adanya berbagai hal sebagaimanan hal itu ada ataupun telah ada sebagai benda yang ajeg, tanpa pemahaman tentang ketidakmungkinannya perubahan untuk dielakkan.
Oleh karena itu teori Marxis adalah sepenuhnya merupakan sebuah alat esensial bagi aktivitas apapun di dalam gerakan buruh. Kita mesti secara sadar awas terhadap keuatan-kekuatan kontradiktif dalam kerja-kerja kita di dalam perjuangan kelas, agar kita dapat mengorientasikan diri kita ke dalam cara yang di dalamnya berbagai hal tengah berkembang.
Tentu saja, tidaklah senantiasa mudah untuk membebaskan diri kita dari kerangka pikir yang masih mendominasi di dalam masyarakat kapitalis dan menyerap metode Marxis. sebagaimana dikatakan Karl Marx, tidak ada jalan mulus untuk menuju ilmu pengetahuan. Kadang kala kita harus menempuh jalan berliku yang keras dalam usaha menggapai ide-ide politik yang baru.
Namun tetaplah diskusi dan mempelajari teori Marxis adalah sebuah bagian yang sepenuhnya esensial bagi setiap aktivis. Hanyalah teori yang dapat melengkapi kawan-kawan dengan kompas dan peta di tengah-tengah segala rupa kompleksitas perjuangan. sungguh bagus untuk menjadi seorang aktivis, namun tanpa pemahaman yang sadar mengenai proses-proses di mana kita terlibat di dalamnya, kita tidak akan lebih efektif daripada seorang penjelajah tanpa peta dan kompas.
Dan jika kita coba untuk menjelajah tanpa bantuan sains, kita dapat menjadi seenergik yang kita mau tetapi cepat atau lambat akan terjerembab masuk jurang dalam atau pasir hisap dan lalu hilang begitu saja, sebagaimana hal itu terjadi pada banyak aktivis selama tahun-tahun yang sudah berlalu tanpa keberhasilan.
Ide memiliki kompas dan peta adalah untuk memastikan posisi kita setepatnya. kita dapat menerka di mana kita berada pada satu saat tertentu, ke mana kita akan melangkah, dan di mana kita akan beradaa. dan itulah alasan fundamental mengapa kita perlu menggenggam teori Marxis. sebab ia membekali kita dengan sebuah panduan yang sama sekali tak ternilai harganya dalam menuntun aksi dan tindakan seajauh mana perhatian kita adalah untuk gerakan kelas buruh



Kita mengeluh: "Tak mungkin.."
Allah menjawab : "Jika Allah menghendaki sesuatu, cukup berkata jadi, maka jadilah"
(QS. Yasin : 82)


Kita mengeluh: "Saya terlalu lelah.."
Allah menjawab : "Aku ciptakan tidurmu untuk istirahatmu"
(QS. An - Naba : 9)

Kita mengeluh: "Saya tak mampu.."
Allah menjawab : "Allah tidak akan membebankan sesuatu pada seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya"
(QS. Al - Baqorah : 286)

Kita mengeluh: "Saya stress.."
Allah menjawab : "Hanya dengan mengingat Allah..maka hati akan menjadi tenang"
(QS. Ar - Ra'du : 28)

Kita mengeluh: "Tak ada gunanya.."
Allah menjawab : "Maka barang siapa mengerjakan amal kebaikan seberat dzarah,...niscahaya ia akan melihat kebaikannya"
(QS. Az - Zilzal : 7)

Mengeluh hanya menjadikan beban bertambah berat....
Yakinlah bahwa semua akan indah pada waktunya...


KUANTITAS MENJADI KUALITAS
Marilah kita mulai dengan hukum transformasi dari kuantitas menjadi kualitas. Hukum ini menyatakan bahwa proses-proses perubahan – gerak di alam semesta – tidaklah perlahan (gradual), dan juga tidak setara. Periode-periode perubahan yang relatif gradual atau perubahan kecil selalu diselingi dengan periode-periode perubahan yang sangat cepat – perubahan semacam ini tidak bisa diukur dengan kuantitas, melainkan hanya bisa diukur dengan kualitas.
Sebagai contoh, kembali kita ambil dari ilmu alam, coba kita bayangkan saat kita memanaskan air. Anda hanya bisa betul-betul mengukur ("melakukan kuantifikasi") dalam hal derajat temperatur/suhu, yaitu perubahan ketika Anda menambahkan panas terhadap air itu. Katakanlah, dari 10 derajat Celcius (ini adalah temperatur normal air keran) menjadi sekitar 98 derajat Celcius, maka perubahan itu akan tetap kuantitatif, yaitu air akan tetap berupa air, walaupun menjadi lebih panas. Tetapi kemudian akan sampai suatu tahap dimana perubahan itu menjadi kualitatif, dan air pun berubah menjadi uap. Anda tidak bisa lagi menjelaskan perubahan itu hanya secara kuantitatif ketika air itu dipanaskan dari 98 derajat menjadi 102 derajat Celcius. Kita harus mengatakan bahwa suatu perubahan kualitatif (air menjadi uap) telah terjadi akibat akumulasi perubahan kuantitatif (menambahkan panas terus-menerus).
Dan inilah yang dimaksud oleh Marx dan Engels ketika mereka menyebutkan transformasi dari kuantitas menjadi kualitas. Hal yang sama dapat dilihat pada perkembangan species. Jika kita melihat ke sekeliling, kita akan mendapati tingkat varitas dari homo sapiens. Varitas itu dapat diukur secara kuantitatif, misalnya tinggi badan, berat badan, warna kulit, panjang hidung, dll. Namun jika perubahan-perubahan evolusioner bergerak maju sampai suatu tahap, dibawah pengaruh perubahan-perubahan lingkungan, maka perubahan-perubahan kuantitatif akan berakumulasi menjadi suatu perubahan kualitatif. Dengan kata lain, Anda tidak akan lagi bisa menandai perubahan pada suatu species hewan atau tumbuhan itu hanya dengan detail-detail (rincian) kuantitatif. Species tersebut akan jadi berbeda secara kualitatif. Sebagai contoh, kita, sebagai suatu species, secara kualitatif berbeda dengan simpanse atau gorila, dan mereka ini pun secara kualitatif berbeda dengan species mamalia lainnya. Dan perbedaan-perbedaan kualitatif itu, lompatan-lompatan evolusioner itu, terjadi akibat perubahan-perubahan kuantitatif di masa lalu.
Ide Marxisme ialah bahwa akan selalu terdapat periode-periode perubahan gradual yang diselingi dengan periode-periode perubahan tiba-tiba. Dalam kehamilan, misalnya, ada suatu periode perkembangan yang gradual, dan kemudian suatu periode perkembangan yang sangat mendadak di penghujung kehamilan itu. Sangat sering kaum Marxis menggunakan analogi (perbandingan) kehamilan untuk menggambarkan perkembangan perang dan revolusi. Hal tersebut menunjukkan lompatan-lompatan kualitatif dalam perkembangan sosial; tetapi perubahan itu muncul sebagai akibat akumulasi kontradiksi-kontradiksi kuantitatif dalam masyarakat.
NEGASI DARI NEGASI
Hukum kedua dari dialektika adalah 'hukum negasi dari negasi', dan sekali lagi, ini kedengaran lebih rumit daripada yang sebenarnya. 'Negasi' dalam hal ini secara sederhana berarti gugurnya sesuatu, kematian suatu benda karena ia bertransformasi (berubah) menjadi benda yang lain. Sebagai contoh, perkembangan masyarakat kelas dalam sejarah kemanusiaan menunjukkan negasi (gugurnya) masyarakat sebelumnya yang tanpa-kelas. Dan di masa yang akan datang, dengan adanya perkembangan komunisme, kita akan mendapati suatu masyarakat tanpa-kelas yang lain, yang ini akan berarti negasi terhadap semua masyarakat kelas yang ada sekarang.
Jadi, hukum negasi dari negasi secara sederhana menyatakan bahwa seiring munculnya suatu sistem (menjadi ada/eksis), maka ia akan memaksa sistem lainnya untuk sirna (mati). Tetapi, ini bukan berarti bahwa sistem yang kedua ini bersifat permanen atau tak bisa berubah. Sistem yang kedua itu sendiri, menjadi ter-negasi-kan akibat perkembangan-perkembangan lebih lanjut dan proses-proses perubahandalam masyarakat. Karena masyarakat kelas telah menjadi negasi dari masyarakat tanpa-kelas, maka masyarakat komunis akan menjadi negasi dari masyarakat kelas – negasi dari negasi.
Konsep lainnya dari dialektika adalah hukum 'interpenetration of opposites' (saling-menerobos dari hal-hal yang bertentangan). Hukum ini secara cukup sederhana menyatakan bahwa proses-proses perubahan terjadi karena adanya kontradiksi-kontradiksi – karena konflik-konflik yang terjadi di antara elemen-elemen yang berbeda, yang melekat dalam semua proses alam maupun sosial.
Barangkali contoh paling tepat dari 'interpenetration of opposites' dalam ilmu pengetahuan alam adalah 'teori quantum'. Teori ini didasarkan atas konsep bahwa energi memiliki karakter ganda – yaitu untuk beberapa tujuan, menurut beberapa eksperimen, energi eksis dalam bentuk gelombang, misalnya gelombang elektro magnetik. Tetapi untuk tujuan-tujuan lain, energi mewujudkan diri sebagai partikel. Dengan kata lain, sama sekali diterima di kalangan ilmuwan bahwa materidan energi sebetulnya bisa eksis dalam dua bentuk yang berbeda pada satu waktu yang sama – di satu sisi, sebagai sejenis gelombang yang tak kelihatan, dan di sisi lain, sebagai sebuah partikel dengan 'quantum' (jumlah) energi tertentu yang ada di dalamnya.
Karena itu, basis dari teori quantum dalam ilmu fisika modern adalah kontradiksi. Namun ada banyak lagi kontradiksi yang dikenal dalam ilmu pengetahuan. Energi elektromagnetik, misalnya, menjadi bergerak akibat dorongan positif dan negatif atas satu sama lain. Magnetisme tergantung pada eksistensi kutub utara dan kutub selatan. Hal-hal ini tidak bisa eksis secara terpisah (sendiri-sendiri). Mereka eksis dan beroperasi justru akibat kekuatan-kekuatan yang bertentangan, yang ada dalam sistem yang satu dan sama.
Hal yang serupa, setiap masyarakat saat ini terdiri atas elemen-elemen berbeda yang bertentangan, yang bergabung bersama dalam satu sistem, yang membuat mustahil bagi masyarakat apapun, di negeri manapun untuk tetap stabil dan tak berubah. Metode dialektis – bertentangan dengan metode logika formal – melatih kita untuk mengidentifikasi (mengenali) kontradiksi-kontradiksi ini, dan dengan demikian berarti mempelajari secara mendalam perubahan yang sedang terjadi.
Kaum Marxis tidak merasa malu untuk mengatakan bahwa terdapat elemen-elemen yang bertentangan dalam setiap proses sosial. Sebaliknya, justru dengan mengenali dan memahami kepentingan-kepentingan yang bertentangan, yang terdapat dalam proses yang sama itu, maka kita akan mampu untuk mengarahkan perubahan yang diinginkan, dan konsekuensinya juga berusaha untuk mengidentifikasi maksud dan tujuan yang perlu dan mungkin dalam situasi seperti itu untuk dirumuskan dari sudut pandang kelas-buruh.
Pada saat yang sama, Marxisme tidaklah mengabaikan logika formal sama sekali. Akan tetapi, adalah penting untuk melihat – dari sudut pandang pemahaman terhadap perkembangan-perkembangan sosial – bahwa logika formal haruslah ditempatkan pada posisi kedua.
Kita semua menggunakan logika formal untuk keperluan sehari-hari. Logika formal memberikan perhitungan-perhitungan yang berguna bagi kita untuk komunikasi dan melaksanakan aktivitas sehari-hari. Kita tidak akan bisa menjalani kehidupan normal tanpa berbasa-basi menggunakan logika formal, tanpa menggunakan perhitungan bahwa satu sama dengan satu. Akan tetapi, di sisi lain, kita harus melihat keterbatasan-keterbatasan logika formal – keterbatasan-keterbatasan yang menjadi jelas dalam ilmu pengetahuan jika kita mempelajari proses-proses secara mendalam dan mendetail, dan juga ketika kita mempelajari proses-proses sosial dan politik dengan lebih teliti.
Dialektika sangat jarang diterima oleh para ilmuwan. Beberapa ilmuwan dialektis, tetapi mayoritas, bahkan sampai saat ini, selalu mencampur-adukkan pendekatan materialis dengan segala macam ide-ide formal dan idealistik. Kalau seperti itu yang terjadi di bidang ilmu pengetahuan alam, maka di bidang ilmu pengetahuan sosial adalah jauh lebih parah. Penyebabnya cukup jelas. Jika Anda mencoba meneliti masyarakat dan proses-proses sosial dari sudut pandang ilmiah, maka Anda tidak bisa menghindari untuk sampai pada kontradiksi-kontradiksi dalam masyarakat kapitalis, dan kebutuhan untuk transformasi sosial masyarakat.
Namun perguruan-perguruan tinggi, yang seharusnya menjadi pusatstudi dan penelitian, dibawah sistem kapitalis ini jauh dari independent terhadap kelas yang berkuasa dan negara. Itulah sebabnya mengapa ilmu pengetahuan alam masih memiliki suatu metode ilmiah yang cenderung kepada materialisme dialektis; tetapi ketikasampai pada ilmu pengetahuan sosial, maka Anda akan mendapati di sekolah tinggi dan politeknik, serta universitas-universitas, formalisme dan idealisme yang paling parah. Hal ini bukannya tidak berhubungan dengan kepentingan-kepentingan tertentu dari para profesor dan akademisi yang digaji tinggi. Adalah jelas dan tak bisa dihindari bahwa posisi istimewa mereka di mata masyarakat akan memiliki beberapa cerminan dan pengaruh pada apa yang harus mereka ajarkan. Pandangan dan prasangka-prasangka subyektif mereka sendiri akan disertakan dalam 'pengetahuan' yang mereka sampaikan kepada mahasiswa mereka, dan begitu seterusnya sampai ke tingkat sekolah-sekolah.
Sejarawan borjuis, khususnya, adalah di antara ilmuwan-ilmuwan sosial yang paling berpandangan sempit. Berapa banyak kita telah melihat contoh-contoh sejarawan borjuis yang membayangkan bahwa sejarah berakhir kemarin! Di sini, di Inggris, mereka semua nampaknya mengakui masa-masa mengerikan sewaktu imperialisme Inggris abad ke-17, 18, sampai abad ke-19; bahwa Inggris terlibat dalam lalu lintas perdagangan budak; bahwa Inggris juga bertanggung jawab terhadap penaklukan rakyat di tanah-tanah jajahan yang paling berdarah; bahwa Inggris juga harus bertanggung jawab terhadap eksploitasi paling buruk terhadap buruh Inggris, termasuk wanita dan anak-anak di tambang-tambang batu bara, di pabrik-pabrik pemintalan kapas, dst.
Mereka akan menerima kenyataan adanya kekejaman dan ketidakadilan ini, tetapi hanya sampai kemarin. Namun jika kita bicara tentang masa sekarang, tentu saja, mereka akan menganggap bahwa imperialisme Inggris tiba-tiba jadi demokratis dan progressif.
dan hal tersebut sepenuhnya cuma satu sisi saja, satu cara pandang yang sepenuhnya berat sebelah dalam melihat sejarah, yang secara diametris berlawanan dengan metode Marxisme. Marx dan Engels terbiasa untuk memandang proses-proses sosial dari sudut pandang dialektis yang sama sebagaimana mereka memandang alam - yaitu memandangnya dari sudut pandang proses-proses itu sebenarnya terjadi.
dalam berbagai diskusi dan debat kita sehari-hari di dalam gerakan buruh, kita akan seringkali menjumpai orang-orang yanf formalis. Bahkan banyak orang kiri akan memandang berbagai hal dalam cara yang kaku dan formal, tanpa pemahaman akan arah yand di dalamnya hal-hal tersebut tadi bergerak.
Sayap kanan di dalam gerakan buruh, dan juga beberapa orang di sayap kiri, percaya bahwa teori Marxis adalah dogma, yakni, mereka percaya bahwa "teori" itu selayaknya beban seberat 600 pound (1 pound = 2,2 kg) di atas pundak seorang aktivis, dan semakin cepat si aktivis itu membuang beban tersebut, maka ia akan bisa makin aktiv dan efektif jadinya.
namun itu adalah konsepsi yang sepenuhnya keliru mengenai keseluruhan sifat teori Marxis. pada kenyataan yang sesungguhnya, Marxisme adalah lawan dari dogma. Marxisme setepat-tepatnya adalah metode untuk memahami sepenuhnya proses-proses perubahan yang terjadi di sekitar kita.
Tidak ada satupu hal yang ajeg, dan tiada pula sesuatupun yang tetap tak berubah. adalah kaum formalis yang melihat masyarakat sebagai foto yang tak bergerak, mereka dikuasai oleh situasi-situasi yang mereka hadapi sebab mereka tidak mampu melihat bagaimana dan mengapa berbagai hal akan berubah. pendekatan macam beginilah yang dapat dengan mudah menggiring orang pada penerimaan yang dogmatis dari adanya berbagai hal sebagaimanan hal itu ada ataupun telah ada sebagai benda yang ajeg, tanpa pemahaman tentang ketidakmungkinannya perubahan untuk dielakkan.
Oleh karena itu teori Marxis adalah sepenuhnya merupakan sebuah alat esensial bagi aktivitas apapun di dalam gerakan buruh. Kita mesti secara sadar awas terhadap keuatan-kekuatan kontradiktif dalam kerja-kerja kita di dalam perjuangan kelas, agar kita dapat mengorientasikan diri kita ke dalam cara yang di dalamnya berbagai hal tengah berkembang.
Tentu saja, tidaklah senantiasa mudah untuk membebaskan diri kita dari kerangka pikir yang masih mendominasi di dalam masyarakat kapitalis dan menyerap metode Marxis. sebagaimana dikatakan Karl Marx, tidak ada jalan mulus untuk menuju ilmu pengetahuan. Kadang kala kita harus menempuh jalan berliku yang keras dalam usaha menggapai ide-ide politik yang baru.
Namun tetaplah diskusi dan mempelajari teori Marxis adalah sebuah bagian yang sepenuhnya esensial bagi setiap aktivis. Hanyalah teori yang dapat melengkapi kawan-kawan dengan kompas dan peta di tengah-tengah segala rupa kompleksitas perjuangan. sungguh bagus untuk menjadi seorang aktivis, namun tanpa pemahaman yang sadar mengenai proses-proses di mana kita terlibat di dalamnya, kita tidak akan lebih efektif daripada seorang penjelajah tanpa peta dan kompas.
Dan jika kita coba untuk menjelajah tanpa bantuan sains, kita dapat menjadi seenergik yang kita mau tetapi cepat atau lambat akan terjerembab masuk jurang dalam atau pasir hisap dan lalu hilang begitu saja, sebagaimana hal itu terjadi pada banyak aktivis selama tahun-tahun yang sudah berlalu tanpa keberhasilan.
Ide memiliki kompas dan peta adalah untuk memastikan posisi kita setepatnya. kita dapat menerka di mana kita berada pada satu saat tertentu, ke mana kita akan melangkah, dan di mana kita akan beradaa. dan itulah alasan fundamental mengapa kita perlu menggenggam teori Marxis. sebab ia membekali kita dengan sebuah panduan yang sama sekali tak ternilai harganya dalam menuntun aksi dan tindakan seajauh mana perhatian kita adalah untuk gerakan kelas buruh